SDKI D.0146 – Risiko Perilaku Kekerasan

1. Definisi

Berisiko membahayakan secara fisik, emosi dan/atau seksual pada diri sendiri atau orang lain.

Penjelasan Sederhana

Risiko Perilaku Kekerasan adalah kondisi di mana seseorang mungkin melakukan tindakan agresif atau kasar terhadap diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, frustrasi, atau masalah kesehatan mental yang belum teratasi.

Penjelasan sederhana oleh Periksai.com

2. Faktor Risiko

  1. Pemikiran waham/delusi
  2. Curiga pada orang lain
  3. Halusinasi
  4. Berencana bunuh diri
  5. Disfungsi sistem keluarga
  6. Kerusakan kognitif
  7. Disorientasi atau konfusi
  8. Kerusakan kontrol impuls
  9. Persepsi pada lingkungan tidak akurat
  10. Alam perasaan depresi
  11. Riwayat kekerasan pada hewan
  12. Kelainan neurologis
  13. Lingkungan tidak teratur
  14. Penganiayaan atau pengabaian anak
  15. Korban atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain atau destruksi properti orang lain
  16. Impulsif
  17. Ilusi

3. Kondisi Klinis Terkait

  1. Penganiayaan fisik, psikologis atau seksual
  2. Sindrom otak organik (mis. penyakit Alzheimer)
  3. Gangguan perilaku
  4. Oppositional defiant disorder
  5. Depresi
  6. Serangan panik
  7. Gangguan Tourette
  8. Delirium
  9. Demensia
  10. Gangguan amnestik
  11. Halusinasi
  12. Upaya bunuh diri
  13. Abnormalitas neurotransmitter otak

4. Luaran Keperawatan Untuk SDKI D.0146 – Risiko Perilaku Kekerasan

Luaran Utama :

  1. SLKI L.09076 – Kontrol Diri

Luaran Tambahan:

Referensi

  1. Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI. ISBN 978-602-18445-6-4.
  2. Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook, An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11th Ed. St. Louis: Elsevier.
  3. Appollls, T. M., Lund, C., de Vries, P., et al. (2015). Adolescents’ and adults’ experiences of being surveyed about violence and abuse: a systematic review of harms, benefits, and regrets. American Journal of Public Health, 105(2), e31-e45.
  4. Carpernito-Moyet, L. J. (2013). Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice. 14th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
  5. Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2013). Nursing Diagnosis Manual: Planning, Individualizing, and Documenting Client Care. 4th Ed. Philadelphia: F.A. Davis Company.
  6. Focht-New, G., et al. (2008). Persons with developmental disability exposed to interpersonal violence and crime: Approaches for intervention. Perspectives in Psychiatric Care, 44, 89.
  7. Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions and Classification 2015-2017. 10th Ed. Oxford: Wiley Blackwell.
  8. Newfield, S. A., Hinz, M. D., Tilley, D. S., Sridaromont, K. L., Maramba, P. J. (2012). Cox’s Clinical Applications of Nursing Diagnosis Adult, Child, Women’s, Mental Health, Geronic, and Home Health Considerations. 6th Ed. Philadelphia: F.A. Davis Company.
  9. Olive, P. (2007). Care for emergency department patients who have experienced domestic violence: a review of the evidence base. Journal of Clinical Nursing, 16, 1736.
  10. Smith, J. E., Cizman, S. P., Early, J. A., Green, P. T., Lauck, D. L., Lindsay, K., & Wright, G. (1994). Validation of the defining characteristics of potential for violence for nursing diagnosis. The Official Journal of The North America Nursing Diagnosis Association, 5(4), 159-164.
  11. Towsend, M. C. (2011). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing: Care Plans and Psychotropic Medications. Philadelphia: F.A. Davis Company.
  12. Xu, Y., Olson, M., Villegas, L., et al. (2013). A characterization of adult victims of sexual violence: results from the national epidemiological survey for alcohol and related conditions. Psychiatry, 76, 223–240.

Ditulis Oleh: Giswara Darusman Saleh

Technical writer dengan latar belakang pengalaman di bidang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Senang mencoba menerjemahkan konsep teknis kesehatan menjadi informasi yang mudah dipahami masyarakat umum.


Ditinjau oleh: Anisa S.Kep., Ns

Tinggalkan komentar