Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah acuan resmi yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk membantu para perawat dalam menjalankan tugas mereka secara profesional dan terstandarisasi. SDKI menjadi dasar yang penting dalam praktik keperawatan modern di Indonesia, dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di berbagai fasilitas seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik.
SDKI Online
- Kategori Fisiologis
- Subkategori : Respirasi
- Subkategori : Sirkulasi
- SDKI D.0007 – Gangguan Sirkulasi Spontan
- SDKI D.0008 – Penurunan Curah Jantung
- SDKI D.0009 – Perfusi Perifer Tidak Efektif
- SDKI D.0010 – Risiko Gangguan Sirkulasi Spontan
- SDKI D.0011 – Risiko Penurunan Curah Jantung
- SDKI D.0012 – Risiko Perdarahan
- SDKI D.0013 – Risiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif
- SDKI D.0014 – Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
- SDKI D.0015 – Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif
- SDKI D.0016 – Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif
- SDKI D.0017 – Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
- Subkategori : Nutrisi dan Cairan
- SDKI D.0018 – Berat Badan Lebih
- SDKI D.0019 – Defisit Nutrisi
- SDKI D.0020 – Diare
- SDKI D.0021 – Disfungsi Motilitas Gastrointestinal
- SDKI D.0022 – Hipervolemia
- SDKI D.0023 – Hipovolemia
- SDKI D.0024 – Ikterik Neonatus
- SDKI D.0025 – Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan
- SDKI D.0026 – Kesiapan Peningkatan Nutrisi
- SDKI D.0027 – Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- SDKI D.0028 – Menyusui Efektif
- SDKI D.0029 – Menyusui Tidak Efektif
- SDKI D.0030 – Obesitas
- SDKI D.0031 – Risiko Berat Badan Lebih
- SDKI D.0032 – Risiko Defisit Nutrisi
- SDKI D.0033 – Risiko Disfungsi Motilitas Gastrointestinal
- SDKI D.0034 – Risiko Hipovolemia
- SDKI D.0035 – Risiko Ikterik Neonatus
- SDKI D.0036 – Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- SDKI D.0037 – Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit
- SDKI D.0038 – Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- SDKI D.0039 – Risiko Syok
- Subkategori : Eliminasi
- SDKI D.0040 – Gangguan Eliminasi Urine
- SDKI D.0041 – Inkontinensia Fekal
- SDKI D.0042 – Inkontinensia Urine Berlanjut
- SDKI D.0043 – Inkontinensia Urine Fungsional
- SDKI D.0044 – Inkontinensia Urine Berlebih
- SDKI D.0045 – Inkontinensia Urine Refleks
- SDKI D.0046 – Inkontinensia Urine Stres
- SDKI D.0047 – Inkontinensia Urine Urgensi
- SDKI D.0048 – Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urine
- SDKI D.0049 – Konstipasi
- SDKI D.0050 – Retensi Urine
- SDKI D.0051 – Risiko Inkontinensia Urine Urgensi
- SDKI D.0052 – Risiko Konstipasi
- Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
- SDKI D.0053 – Disorganisasi Perilaku Bayi
- SDKI D.0054 – Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI D.0055 – Gangguan Pola Tidur
- SDKI D.0056 – Intoleransi Aktivitas
- SDKI D.0057 – Keletihan
- SDKI D.0058 – Kesiapan Peningkatan Tidur
- SDKI D.0059 – Risiko Disorganisasi Perilaku Bayi
- SDKI D.0060 – Risiko Intoleransi Aktivitas
- Subkategori : Neurosensori
- Subkategori : Reproduksi dan Seksualitas
- Kategori Psikologis
- Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
- Subkategori : Integritas Ego
- SDKI D.0080 – Ansietas
- SDKI D.0081 – Berduka
- SDKI D.0082 – Distres Spiritual
- SDKI D.0083 – Gangguan Citra Tubuh
- SDKI D.0084 – Gangguan Identitas Diri
- SDKI D.0085 – Gangguan Persepsi Sensori
- SDKI D.0086 – Harga Diri Rendah Kronis
- SDKI D.0087 – Harga Diri Rendah Situasional
- SDKI D.0088 – Keputusasaan
- SDKI D.0089 – Kesiapan Peningkatan Konsep Diri
- SDKI D.0090 – Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga
- SDKI D.0091 – Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas
- SDKI D.0092 – Ketidakberdayaan
- SDKI D.0093 – Ketidakmampuan Koping Keluarga
- SDKI D.0094 – Koping Defensif
- SDKI D.0095 – Koping Komunitas Tidak Efektif
- SDKI D.0096 – Koping Tidak Efektif
- SDKI D.0097 – Penurunan Koping Keluarga
- SDKI D.0098 – Penyangkalan Tidak Efektif
- SDKI D.0099 – Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko
- SDKI D.0100 – Risiko Distres Spiritual
- SDKI D.0101 – Risiko Harga Diri Rendah Kronis
- SDKI D.0102 – Risiko Harga Diri Rendah Situasional
- SDKI D.0103 – Risiko Ketidakberdayaan
- SDKI D.0104 – Sindrom Pasca Trauma
- SDKI D.0105 – Waham
- Subkategori : Pertumbuhan dan Perkembangan
- Kategori Perilaku
- Subkategori : Kebersihan diri
- Subkategori : Penyuluhan dan Pembelajaran
- SDKI D.0110 – Defisit Kesehatan Komunitas
- SDKI D.0111 – Defisit Pengetahuan tentang (Spesifikkan)
- SDKI D.0112 – Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
- SDKI D.0113 – Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
- SDKI D.0114 – Ketidak patuhan
- SDKI D.0115 – Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif
- SDKI D.0116 – Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
- SDKI D.0117 – Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif
- Kategori Relasional
- Subkategori : Interaksi Sosial
- SDKI D.0118 – Gangguan Interaksi Sosial
- SDKI D.0119 – Gangguan Komunikasi Verbal
- SDKI D.0120 – Gangguan Proses Keluarga
- SDKI D.0121 – Isolasi Sosial
- SDKI D.0122 – Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua
- SDKI D.0123 – Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga
- SDKI D.0124 – Ketegangan Peran Pemberi Asuhan
- SDKI D.0125 – Penampilan Peran Tidak Efektif
- SDKI D.0126 – Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua
- SDKI D.0127 – Risiko Gangguan Perlekatan
- SDKI D.0128 – Risiko Proses Pengasuhan Tidak Efektif
- Subkategori : Interaksi Sosial
- Kategori Lingkungan
- Subkategori : Keamanan dan Proteksi
- SDKI D.0129 – Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
- SDKI D.0130 – Hipertermia
- SDKI D.0131 – Hipotermia
- SDKI D.0132 – Perilaku Kekerasan
- SDKI D.0133 – Perlambatan Pemulihan Pascabedah
- SDKI D.0134 – Risiko Alergi
- SDKI D.0135 – Risiko Bunuh Diri
- SDKI D.0136 – Risiko Cedera
- SDKI D.0137 – Risiko Cedera Pada Ibu
- SDKI D.0138 – Risiko Cedera Pada Janin
- SDKI D.0139 – Risiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
- SDKI D.0140 – Risiko Hipotermia
- SDKI D.0141 – Risiko Hipotermia Perioperatif
- SDKI D.0142 – Risiko Infeksi
- SDKI D.0143 – Risiko Jatuh
- SDKI D.0144 – Risiko Luka Tekan
- SDKI D.0145 – Risiko Mutilasi Diri
- SDKI D.0146 – Risiko Perilaku Kekerasan
- SDKI D.0147 – Risiko Perlambatan Pemulihan Pascabedah
- SDKI D.0148 – Risiko Termoregulasi Tidak Efektif
- SDKI D.0149 – Termoregulasi Tidak Efektif
- Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Apa Itu SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)?
SDKI merupakan seperangkat standar yang dirancang untuk membantu perawat dalam mendiagnosis masalah kesehatan pasien dengan lebih terstruktur dan sistematis. Melalui SDKI, perawat dapat mengidentifikasi masalah keperawatan yang spesifik, memberikan perawatan yang sesuai, dan memastikan bahwa proses keperawatan di seluruh Indonesia konsisten dan berkualitas.
SDKI terdiri dari beberapa komponen penting, di antaranya:
- Masalah Keperawatan: Identifikasi masalah kesehatan yang menjadi fokus perawatan.
- Faktor Risiko: Elemen-elemen yang dapat memicu atau memperburuk kondisi kesehatan pasien.
- Tanda dan Gejala: Indikator yang memandu perawat dalam menentukan diagnosis yang tepat.
Mengapa SDKI Penting dalam Praktik Keperawatan?
Penerapan SDKI dalam praktik keperawatan sangatlah krusial untuk:
- Memastikan Kualitas Pelayanan: Dengan menggunakan standar yang seragam, kualitas pelayanan keperawatan di seluruh Indonesia bisa terjaga. SDKI memberikan pedoman yang jelas untuk diagnosis, sehingga mengurangi kemungkinan kesalahan.
- Mendukung Keputusan Klinis: SDKI membantu perawat membuat diagnosis yang akurat dan relevan dengan kondisi pasien. Ini berarti keputusan klinis akan lebih tepat sasaran dan berdampak langsung pada pemulihan pasien.
- Memfasilitasi Kolaborasi Antarprofesi: Standar ini juga memungkinkan perawat untuk berkomunikasi lebih baik dengan dokter, ahli gizi, atau tenaga medis lainnya dalam menangani kasus pasien secara holistik.
Keunggulan SDKI Dibanding Standar Lain
SDKI bukan sekadar alat bantu; ini adalah standar nasional yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di Indonesia. SDKI juga selaras dengan standar diagnosis internasional, seperti NANDA (North American Nursing Diagnosis Association), sehingga memudahkan kolaborasi lintas negara dan meningkatkan kredibilitas perawat Indonesia di dunia internasional.
Manfaat SDKI bagi Perawat dan Pasien
- Bagi Perawat: SDKI memberikan panduan yang jelas dalam menjalankan proses keperawatan, mulai dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, hingga evaluasi. Dengan SDKI, perawat dapat menjalankan tugasnya dengan lebih profesional dan sesuai standar yang diakui.
- Bagi Pasien: Pasien akan mendapatkan perawatan yang lebih terstruktur, tepat, dan berkualitas. SDKI memastikan bahwa setiap masalah kesehatan pasien ditangani dengan cara yang benar, berdasarkan diagnosis yang telah teruji dan terbukti efektif.
Cara Menerapkan SDKI dalam Praktik Keperawatan
Untuk menerapkan SDKI dalam praktik sehari-hari, perawat perlu mengikuti beberapa langkah kunci:
- Pengkajian Pasien: Mengumpulkan informasi kesehatan pasien secara menyeluruh, termasuk riwayat kesehatan, keluhan saat ini, dan kondisi fisik.
- Penentuan Diagnosis Keperawatan: Menggunakan SDKI untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan data pengkajian.
- Perencanaan Intervensi Keperawatan: Merancang rencana perawatan yang sesuai dengan diagnosis dan kondisi pasien.
- Evaluasi Hasil Perawatan: Memastikan bahwa intervensi yang dilakukan memberikan hasil yang positif dan sesuai dengan tujuan perawatan.
Berapa diagnosa di sdki?
Saat ini, SDKI mencakup total 149 diagnosis keperawatan yang komprehensif dan tervalidasi. Jumlah ini mencerminkan keragaman kondisi kesehatan yang mungkin dihadapi oleh perawat dalam praktik sehari-hari.